Angkatan 24 MAN 2 Kota Serang.
(wow ternyata banyak juga yang sempat kuabadikan)
Setiap di angkot dalam perjalanan pulang atau pergi, pembicaraan ini selalu ada.
"Pulang kemana, neng?""Ke KS, Bu/Pak."
"KS? Oh, komplek KS itu? Jauh amat, neng, sekolahnya."
"Hehe, iya, Bu/Pak."
"Emang di Cilegon ga ada sekolah bagus, neng?"
"Hehehe *ga tau mau jawab apa*"
Selama perjalanan di angkot itu ada rasa bahagia dan bingung setelah mendengar apa kata Ibu/Bapak itu.
Bingung, "Iyaya, kok bisa ya aku sekolah di MAN 2? Padahal di Cilegon banyak sekolah bagus."
Bahagia, "Aku ga nyesel kok sekolah jauh-jauh. Aku senang. Aku menikmati." Pengen ngomong gitu, tapi takut dikira curhat.
Oke, curhatnya disini aja kalo gitu.
Jadi, begini. Dulu, jauh sebelum aku masuk SMA
Dulu, waktu aku SMP. Aku ingin sekali bisa masuk MAN IC. Saat itu juga, aku gatau kalo IC itu ternyata MAN. Yang aku tau ya aku mau masuk IC; sekolah anak-anak keren (yang pasti bukan aku, makanya aku ga masuk HAHA oqe tq).
Dulu, aku mencoba daftar IC dan CMBBS yang merupakan cita-cita aku, tapi kandas begitu saja, saat menerima pengumuman, "Maaf, Anda..." (ah, sudahlah. Kita harus saling memaafkan lha, ya)
Dulu, kata Ayah, "Ayah gapapa lho, Nduk, kalo kamu sekolah di MAN 2 Serang..."
"Hah, apaan tuh yah?" (wkwk miris banget masih pake nanya apaan)
"Sekolah Nduk, tapi ada agamanya..."
"Lho, apa bedanya, Yah? Semua sekolah juga ada pelajaran agamanya.."
"Madrasah Nduk, beda sama SMA. Ada boardingnya. Katanya pengen nyoba Boarding?"
Jleb. Iya, boarding. Aku dulu doanya selama masa-masa mencari SMA itu cuma satu; pengen banget bisa keluar dari rumah, dari Cilegon, jauh dari orang tua, dan pulangnya dua bulan sekali. Haha dasar bocah. Belum ngerasain aja gimana rasanya jauh dari rumah, jauh dari orang tua.
Dulu, pada akhirnya aku nurut sama Ayah. Aku jadi daftar MAN 2. Kemudian saat kesana, MasyaAllah ini kenapa hijau semua. Pada saat itu, bangunan MAN 2 sangat rapuh. Dengan siswa-siswi-nya yang lari kemana-mana. Kejar-kejaran kemari. MAN 2 begitu hidup, tapi tetap terasa asing dan samar. Masa iya nanti aku sekolah disini?, pikirku saat itu. Tapi ya, mau bagaimana lagi. CMBBS sudah kandas. Tinggal tes IC yang saat itu hopeless juga.
Yak, apapun itu aku jalani saja. Allah tahu mana yang terbaik untukku. Saat itu, aku belajar semaksimal mungkin.. untuk tes IC. 😂 tes MAN 2? Belakangan aja deh, ga diterima juga gapapa, pikirku saat itu, antara sudah pasrah dan gatau diri.
Akhirnya, tiba hari H tes IC. Di bagian ini ga bisa diceritain panjang lebar. Aku cuma ingat, tes IC saat itu di MAN 2, pagi hari sebelum dimulai ada pelangi di ufuk timur. Alhamdulillah, hasilnya juga warna pelangi, yang tak terdifraksi. Cuma putih. Selesai.
Saat hari H pengumuman. Kaget, pagi-pagi aku dapat selamat dari Syahidah, Syadza, dan Aldi (kalau ga salah mereka deh) di Twitter. Lha, kok mereka tau duluan? Aku aja (maaf) bodo amat. Tapi, alhamdulillah 10 besar. Hmm, jadi sekolah disana nggak ya?
Awal-awal sekolah disini, kerjaannya ngeluh terus, sampai sekarang. "Duh, kenapa aku bisa nyangsang disini, sih?" gitu terus. Sampai aku lupa kalau, tidak peduli dimanapun tempatnya, jika kau melakukan dengan benar, kau akan menyukainya. Aku lupa, kalau aku masih bisa membuka lembaran baru di MAN 2 ini.
Akhirnya aku benar-benar membuka lembaran baru, yaitu;
Boarding. Saat itu, aku mengerti. Rencana Allah selalu yang terbaik, selalu, dan selalu. We plan, Allah plans. And Allah is the best planner. Kalau aku keterima di CMBBS, kayaknya aku cuma bertahan setahun, deh. Di boarding MAN 2 aja, aku cuma bertahan setahun, dan akhirnya pulang-pergi. Alhamdulillah, boarding MAN 2 itu mubah eh sunnah bagi yang rumahnya jauh. Kalau aku di CMBBS, mana bisa pulang pergi? "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." :)
Pasif. Pasif disini adalah aku memutuskan untuk tidak jadi organisatoris lagi seperti saat di SMP. Saat masa mabis, aku sudah daftar MPK, tapi H-1 tes, aku mengundurkan diri. Akhirnya, aku mencoba berpindah haluan ke OSIS, tapi ternyata, ibu tidak mengizinkan. Kemudian saat kelas 11, aku diminta untuk masuk OSIS sekbid 7. Tapi, lagi-lagi kutolak dengan alasan rumah jauh dan takut kecapekan. Baiklah, tapi walau begitu; walau aku bukan anak organisator, tetap masih banyak pengalaman yang aku dapatkan di MAN 2 ini.
Adaptasi dengan lingkungan baru (dan baik). Di kelas IPA 1, mayoritas anak-anaknya introvert, kalem, rajin, cerdas, terdepan, yak kecuali aku. Awal-awal di kelas IPA 1, sempat kaget dengan lingkungan baruku yang super sunyi senyap ditambah superambis. Sebenarnya aku sudah terbiasa dengan lingkungan tersebut sejak di SMP, tapi ini terasa beda karena mungkin ini kali pertamaku bersekolah di madrasah. Tapi aku selalu bersyukur (banget) sampai sekarang karena dikelilingi anak-anak yang super-duper baik, yang selalu mengingatkan aku ke arah kebaikan. Kapan-kapan aku ceritain deh, sebaik apa mereka. Mereka yang kelihatannya cuek, tapi diam-diam pedulinya luar biasa. Mereka yang diam-diam... menghanyutkan, juga ada. Haha, nggak ding.
Oh iya, di IPA 1 ini, aku menemukan teman-teman senasibseperbuangan. Sama-sama 'buangan' CM dan IC. Hahaha miris sih, tapi ternyata aku ga sendiri. 😂
"Aktif" lagi di Klub Olimpiade. Yash, sama seperti saat di SD dan SMP. Aku mencoba untuk aktif kembali di klub olimpiade. Tapi sama seperti saat SMP, aku tidak totalitas dalam menjalankannya. Dan kau tahu kan, bagaimana rasa menyesal itu? Yap, bukan di awal.
Exploring ilmu baru di bidang kesenian dan fotografi! Sebenarnya di MA ini, sekali lagi, aku cukup pasif. Tidak ikut banyak hal, ekstrakulikuler ataupun organisasi. Tapi entah kenapa, di MAN 2 ini aku bisa banyak bereksplorasi walau tidak banyak yang diaplikasikan. Di MAN 2 aku juga menemukan banyak teman yang satu interest denganku. Di MAN 2 juga, aku tidak takut berkarya. Hahaha maaf, ga ada karya sih sebenarnya. Cuma pernah buat poster jadwal piket harian yang ditempel di depan pintu kelas abis itu besoknya udah terdampar di selokan aja. 😶
No ambis, ambis club. Sejak di MAN 2, say goodbye to my ambitious side. Ada masa-masanya belajar, ada masa-masanya main-main, ada masa-masanya melakukan hal-hal bermanfaat, ada masa-masanya remedial numpuk. Santai, tapi tetap serius. Santai, tapi ranking tetap harus 5 besar, kalau bisa 3 besar. Hahaha. Tapi keluar dari 10 besar pun pernah. Ah, seru juga.
...dan masih banyak lagi.
Namun setelah aku berada di titik ini, perlahan aku mengerti mengapa MAN 2 Serang menjadi penutup masa akhir sekolahku selama ini. Aku mengerti, saat aku minta kepada Allah yang terbaik, Allah memberikan MAN 2 Serang sebagai jawabannya. Aku sempat tidak setuju. Aku mengeluh ini itu. Tapi setelah kujalani, rencana Allah ternyata jauh lebih baik dari dugaanku. Jauh, jauh, jauh lebih baik. Ini yang aku cari selama ini. Aku bersyukur, sangat bersyukur.
Di MAN 2 Serang ini aku belajar banyak hal. Apa saja. Apa saja, yang bahkan belum tentu ditemukan di sekolah lain. Aku menemukan sebuah keluarga baru di MAN 2. Bahkan ketika teman hanya berarti friend. Bagiku, teman-teman di MAN 2 juga berarti family. Tidak hanya teman, aku menemukan sebuah ikatan yang kuat; ikatan alumni dan adik-adiknya di MAN 2. Seumur hidup, aku baru menemukan sebuah kepedulian yang luar biasa sebuah rasa kekeluargaan yang terjalin erat antar tiap anggota keluarga MAN 2 Serang.
Di MAN 2 ini aku hanyalah butiran jasjus di warung Bu Eha, atau bahkan hanya bongkahan es batu yang meleleh di Mang Bodong. Aku bukan anak organisator, aku juga bukan anak olimpiade yang setiap upacara hari Senin maju ke depan bawa piala. Bukan. Aku juga bukan anak yang ranking satu berturut-turut. Bukan itu. Aku juga bukan anak hashtag #HitzMan2. Ah, emang ga ada sih, hashtag kayak gitu. Aku cuma siswi MAN 2 Serang yang selalu bahagia, tapi lebih sering ngeluh juga. Tapi aku senang, bangga, bersyukur bisa "nyangsang" disini.
Di MAN 2 ini, aku menemukan lingkungan yang baik. Gimana ga baik, hijau semua. Penuh pohon. Tapi kalo hujan tetep aja banjir. Eh? Aku menemukan sebuah tempat walau bukan yang terbaik tapi selalu mengarahkanku ke arah yang lebih baik, Insya Allah. Aku menemukan banyak sebaik-baik manusia bermanfaat yang Allah berikan di sekitarku, dan mereka berhasil menjadi kind-reminder terbaik, yang pernah aku punya.
Pada akhirnya, aku mengerti. Tak hanya sebuah atau satu alasan, mengapa aku bisa disini. Ada banyak alasan baik yang Allah berikan, agar aku mengerti, bahwa rencana-Nya selalu yang terbaik dan aku harus percaya itu. Bismillah, kurang lebih 3 bulan lagi, jika Allah menghendaki, aku masih bisa menikmati alasan-alasan baik ini, hanya di...
MAN 2 Kota Serang.
Akhir kata, "Madrasah lebih baik, lebih baik madrasah."
Fatimah Afifah
Adaptasi dengan lingkungan baru (dan baik). Di kelas IPA 1, mayoritas anak-anaknya introvert, kalem, rajin, cerdas, terdepan, yak kecuali aku. Awal-awal di kelas IPA 1, sempat kaget dengan lingkungan baruku yang super sunyi senyap ditambah superambis. Sebenarnya aku sudah terbiasa dengan lingkungan tersebut sejak di SMP, tapi ini terasa beda karena mungkin ini kali pertamaku bersekolah di madrasah. Tapi aku selalu bersyukur (banget) sampai sekarang karena dikelilingi anak-anak yang super-duper baik, yang selalu mengingatkan aku ke arah kebaikan. Kapan-kapan aku ceritain deh, sebaik apa mereka. Mereka yang kelihatannya cuek, tapi diam-diam pedulinya luar biasa. Mereka yang diam-diam... menghanyutkan, juga ada. Haha, nggak ding.
Oh iya, di IPA 1 ini, aku menemukan teman-teman senasib
"Aktif" lagi di Klub Olimpiade. Yash, sama seperti saat di SD dan SMP. Aku mencoba untuk aktif kembali di klub olimpiade. Tapi sama seperti saat SMP, aku tidak totalitas dalam menjalankannya. Dan kau tahu kan, bagaimana rasa menyesal itu? Yap, bukan di awal.
Exploring ilmu baru di bidang kesenian dan fotografi! Sebenarnya di MA ini, sekali lagi, aku cukup pasif. Tidak ikut banyak hal, ekstrakulikuler ataupun organisasi. Tapi entah kenapa, di MAN 2 ini aku bisa banyak bereksplorasi walau tidak banyak yang diaplikasikan. Di MAN 2 aku juga menemukan banyak teman yang satu interest denganku. Di MAN 2 juga, aku tidak takut berkarya. Hahaha maaf, ga ada karya sih sebenarnya. Cuma pernah buat poster jadwal piket harian yang ditempel di depan pintu kelas abis itu besoknya udah terdampar di selokan aja. 😶
No ambis, ambis club. Sejak di MAN 2, say goodbye to my ambitious side. Ada masa-masanya belajar, ada masa-masanya main-main, ada masa-masanya melakukan hal-hal bermanfaat, ada masa-masanya remedial numpuk. Santai, tapi tetap serius. Santai, tapi ranking tetap harus 5 besar, kalau bisa 3 besar. Hahaha. Tapi keluar dari 10 besar pun pernah. Ah, seru juga.
...dan masih banyak lagi.
Namun setelah aku berada di titik ini, perlahan aku mengerti mengapa MAN 2 Serang menjadi penutup masa akhir sekolahku selama ini. Aku mengerti, saat aku minta kepada Allah yang terbaik, Allah memberikan MAN 2 Serang sebagai jawabannya. Aku sempat tidak setuju. Aku mengeluh ini itu. Tapi setelah kujalani, rencana Allah ternyata jauh lebih baik dari dugaanku. Jauh, jauh, jauh lebih baik. Ini yang aku cari selama ini. Aku bersyukur, sangat bersyukur.
Di MAN 2 ini, aku menemukan lingkungan yang baik. Gimana ga baik, hijau semua. Penuh pohon. Tapi kalo hujan tetep aja banjir. Eh? Aku menemukan sebuah tempat
Pada akhirnya, aku mengerti. Tak hanya sebuah atau satu alasan, mengapa aku bisa disini. Ada banyak alasan baik yang Allah berikan, agar aku mengerti, bahwa rencana-Nya selalu yang terbaik dan aku harus percaya itu. Bismillah, kurang lebih 3 bulan lagi, jika Allah menghendaki, aku masih bisa menikmati alasan-alasan baik ini, hanya di...
MAN 2 Kota Serang.
Akhir kata, "Madrasah lebih baik, lebih baik madrasah."
Yang (akan selalu mencoba) mencintaimu wahai MAN 2 tapi pengen cepet-cepet lulus juga,
Fatimah Afifah
XII IPA 1 nomor absen 8.